Sekjen
UMMATI 1431 H : Sebuah Perjalanan Penuh Hikmah Bersama UMMATI
Assalamu’alaikum
wr.wb.
Segala puji bagi Allah yang masih
memberikan tangan dan akal ini untuk mensyukuri nikmat-nikmat-Mu (khususnya
nikmat Iman dan Islam yang menurut penulis tiada duanya di dunia ini) melalui
tulisan ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan untuk Baginda
Rasulullah SAW, keluarganya, sahabatnya serta pengikutnya hingga akhir zaman,
semoga kita mendapat syafa’atnya nanti di Hari Akhir melalui kesetiaan akan ajaran
Islam yang dibawa Rasulullah SAW.
Diawali
dengan basmalah, semoga dengan cerita
ini dapat memberikan pencerahan kepada semua. Walaupun sedikit, namun semoga
bermanfaat. Pada awal 2010 atau tahun 1431 H, Ketua UMMATI, Johar Triono,
membentuk Tim DF (Dewan Formatur) yang bertujuan membentuk kepengurusan UMMATI
yang baru. Penulis termasuk di dalam anggota tersebut, sampai pada saat
pemilihan PH, penulis mengucap istighfar
karena diamanahkan menjadi Sekjen UMMATI. Penulis membayangkan bahwa amanah
ini berat dan tidak main-main. Walapun demikian, penulis percaya bahwa takdir
Allah adalah yang terbaik.
Saat menjabat Sekjen, penulis
memiliki 7 job description :
1.
Mengkoordinasikan
seluruh Departemen & 1 BSO
2.
Pengganti
Ketua jika Ketua berhalangan
3.
Koordinasi dengan Kerumahtanggaan (Bendum, Sekum, dan
PSDM) dan Urusan Kemuslimahan
4.
Motivator kerja bagi pengurus UMMATI (termasuk SMS MOVIE atau Motivasi Islami dan Empati)
5.
Membantu
Ketua dalam pengambilan kebijakan strategis
6.
Update info Kajian dan Kondisi Islam
7.
Membantu
PSDM dalam penjagaan, pemberdayaan , dan pengkaryaan kader.
Pada
awal kepengurusan, sempat terjadi perbedaan pemahaman antara penulis dan Ketua
yang belum sejalan dalam mengelola UMMATI. Sempat hubungan kami agak renggang,
namun dengan izin Allah kami berdamai dan kembali berjuang bersama membangun
UMMATI dan menebar dakwah.
Seperti kita ketahui, jalan dakwah dan tugas
manajerial bukanlah dua hal yang mudah. Di jalan dakwah, kita harus berani ber-amar makruf nahi munkar (menyeru
kebaikan dan mencegah keburukan), tentunya dengan cara yang ihsan dan lembut,
bukan sebaliknya, amar munkar nahi makruf
(menyeru keburukan dan mencegah kebaikan), atau ada istilah yang kelihatan
sepele namun lebih berbahaya : amar
makruf nyambi munkar (menyeru kebaikan sambil melakukan keburukan). Na’udzubillahi min dzalik. Menurut
pendapat penulis, sebenarnya PDEB SV adalah ladang dakwah yang luar biasa.
Mengapa begitu? Karena sebagian lingkungan PDEB SV ternyata terlihat sangat
membutuhkan pencerahan spiritual agar dapat membuat Allah kembali tersenyum dan
tidak membuat Allah merasa “cemburu” karena mereka –mungkin juga kita- berusaha mengesampingkan Allah secara tidak
sadar. Beberapa tahun belakangan ini bisa kita lihat budaya di PDEB SV yang
masih belum kondusif menjadi tantangan UMMATI ke depan untuk dapat memperbaiki
lingkungan tersebut ke arah yang lebih baik, tentunya dengan proses tadarruj (bertahap), tidak frontal dan tidak
memaksakan untuk terjadi secara seketika, sebagaimana dakwah yang dahulu
dilakukan Rasulullah.
Salah
satu strategi dakwah yang cukup efektif, yaitu menjadi orang yang bermanfaat
bagi orang lain -tentunya dalam aspek-aspek positif- seperti yang disabdakan
Rasullullah bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Jadilah orang yang memberi manfaat sesuai kemampuan kita pada objek dakwah
kita, baik dengan bantuan materiil maupun non-materiil, dalam akademik maupun
non-akademik, dan sebagainya. Kita dapat mengambil peran sebagai ketua kelas
dalam suatu mata kuliah untuk membantu teman sekelas kita dan menyisipkan
dakwah di dalamnya, mengajari teman yang mengalami kesulitan dalam suatu mata
kuliah, menolong teman yang sedang dilanda masalah, entah masalah finansial,
masalah akademis, ataupun masalah pribadi (masalah pribadi sebaiknya jika
diminta). Lalu, jadilah teladan! Abdullah bin Mas’ud r.a. meriwayatkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Jangan berharap
sama seperti orang lain kecuali dalam dua hal. (Pertama), seseorang yang diberi
kekayaan oleh Allah dan ia membelanjakannya dengan benar (sesuai dengan yang
diperintahkan Allah), (Kedua) orang yang diberi kebijaksanaan oleh Allah
(seperti pengetahuan tentang Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW) dan ia
berperilaku sesuai dengan kebijaksanaan tersebut dan ia mengajarkannya pula
kepada orang lain.”(Shahih al-Bukhari No. 73) Pribadi yang memiliki teladan
dan bermanfaat bagi orang lain, Insya Allah akan menjadi pribadi yang dapat
mensyiarkan Islam dengan lebih baik -tentunya dengan didasari niat Lillahi
Ta’ala- , bebas dari niat-niat buruk, apakah hanya untuk mendekati orang yang
disukai, menyisipkan kepentingan-kepentingan tertentu(yang berdampak negatif),
dan lain-lain. Terakhir, mengenai strategi bergaul sekaligus berdakwah,
Sayyidina Ali r.a. berkata, “Pergaulilah
orang-orang beriman dengan hatimu, pergaulilah orang-orang rusak dengan
akhlakmu.” Menurut penulis, kita bisa melakukan pendekatan secara personal
atau dari hati ke hati untuk orang yang memahami Islam namun dirinya masih
perlu didakwahi, kemudian untuk orang yang memang menjadi target dakwah kita
coba lakukan pendekatan dengan menunjukkan teladan dan akhlak terbaik yang kita
miliki, Insya Allah semoga hidayah bisa merasuk ke orang tersebut melalui kita
(tetap dengan niat Lillahi Ta’ala).
Tugas
manajerial yang dijalani penulis tidaklah mudah. Mungkin banyak orang yang
sekarang menginginkan jabatan, namun mereka tidak sadar bahwa laporan
pertanggungjawaban mereka tidak hanya di dunia, namun juga di akhirat, sehingga
mereka harus mempertanggungjawabkan atas segala hal yang mereka lakukan saat
memegang suatu jabatan, apakah amanah atau tidak? Adakah penyelewangan,
penggelapan, atau korupsi? Penulis sangat takut jika suatu saat tidak amanah
dalam menjalankan amanah ini. Maka kepada Allah-lah penulis harus senantiasa
kembali.
Di awal-awal kepengurusan, masalah SDM menjadi
urgen di UMMATI, khususnya tentang kader yang mulai pasif di UMMATI, tidak
jarang para Kadep menghabiskan waktu untuk memikirkan kader yang mulai “langka”
keberadaannya di UMMATI. Meski bagaimanapun, semua kesalahan ataupun masalah
kembali kepada diri kita, dan dahsyatnya ketika kita mau mengakui bahwa kita
adalah bagian dari masalah tersebut, kita akan menemukan jalan keluar yang
terkadang tidak terduga, Insya Allah. Pernah pada suatu ketika penulis
mengadakan suatu acara lomba yang lumayan besar, namun karena berbagai
tantangan, acara tersebut harus diundur beberapa kali, dan penulis pun sempat
menyalahkan beberapa orang. Namun pada akhirnya, sebagai ketua pelaksana, penulis
menyadari mengakui kesalahan penulis, bahwa penulis sendiri adalah orang yang
paling bertanggungjawab atas ketidaklancaran acara tersebut. Setelah itu
pertolongan Allah pun datang dan acara lomba pun dapat terlaksana meski tidak
lepas dari berbagai kekurangan. Maka mulai saat ini, mari kita ber-istighfar saat menghadapi masalah, Insya
Allah pertolongan Allah sangat dekat, bahkan melebihi urat leher kita. Firman
Allah SWT : Maka aku katakan kepada
mereka :”Mohonlah ampun kepada Tuhanmu-sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun-niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan
mengadakan (di dalamnya pula) untukmu sungai-sungai.”(QS. Nuh ayat 10-12).
Penulis
menghadapi tantangan selanjutnya, yaitu kekompakan PH yang saat itu belum
terbangun dengan baik. Rapat PH pun sering berjalan tidak efektif, ego
masing-masing PH masih sangat tinggi, telat datang menjadi dua kata yang
dianggap biasa, diam seribu bahasa menjadi tren dalam rapat PH sehingga hanya
beberapa orang yang berani berpendapat dan berinisiatif. Penulis berpendapat
bahwa suatu tim harus dimulai dengan keterbukaan dari masing-masing anggota
tim, kemudian ketika anggota-anggota tim sudah terbuka dalam mengungkapkan
pikirannya ataupun hal lainnya, Insya Allah komunikasi yang baik akan terjalin.
Ketika komunikasi bukan lagi masalah (when
communication doesn’t matter), Insya Allah koordinasi antar anggota akan
terjalin dengan baik dikarenakan komunikasi yang menimbulkan kepercayaan. Pada
akhirnya tim yang solid dan berkualitas tinggi akan terbangun dengan kokoh.
Namun itu semua melalui proses yang berkesinambungan, sehingga kita hendaknya
bersabar ketika ingin membangun sebuah tim yang ideal. Akhirnya, PH UMMATI
menemukan kekompakannya dan kedekatan antar anggota PH menjelang berakhirnya
kepengurusan 1431 H (Semoga kekompakan PH selanjutnya sudah terbentuk sejak
awal kepengurusan). Kemudian berkaitan dengan Kajian dan TOTI (Mentoring
Ummati), dua hal ini seharusnya menjadi urgensi UMMATI dalam syiar eksternal
maupun internal UMMATI. Kajian harus dibuat bukan hanya sebagai program kerja
UMMATI, namun lebih dari itu Kajian dapat dibuat sebagai kebutuhan mahasiswa
PDEB SV, sesekali Kajian (direkomendasikan untuk Kajian Ikhwan) dapat diadakan
di luar Mushola Abu Ubaid, apakah di
depan ruang sidang, di depan Lab MYOB,
di parkiran, atau di selasar. Untuk Kajian Umum, mungkin bisa menyesuaikan
dengan tetap menggunakan hijab.Kreativitas tim pelaksana kajian diperlukan
dalam hal ini. Setelah ikhtiar maksimal untuk Kajian UMMATI, barulah tawakal
kepada Allah. Penulis berharap para pelaksana Kajian-Kajian di UMMATI lebih
kreatif lagi dalam menarik massa dan mempublikasikan acaranya. Tambahan, untuk
para Ikhwan maupun Akhwat, mengaji di tempat Pak Irfan Nursasmita (Pembina
UMMATI) adalah budaya yang sedang dibangun , dijalankan, dan seharusnya di-istiqomah-kan. Di sana, kita dapat
menanyakan berbagai pertanyaan agama dan seputar kehidupan sehari-hari, yang
Insya Allah akan menambah ilmu dan pengetahuan kita dalam berdakwah dan belajar
agama Islam. Begitupun dengan TOTI (Mentoring
UMMATI), yang terkadang tidak berjalan tidak efektif dikarenakan berbagai
faktor, baik waktu, murabbi maupun mutarabbi-nya. Penulis berani mengubah
nama Kepemanduan UMMATI menjadi TOTI (Mentoring
UMMATI) karena sudah saatnya adik-adik angkatan kita merasakan mentoring sebagai suatu kebutuhan untuk sharing, mengungkapkan gagasan,
pemikiran, curhatan, bahkan hal-hal lucu namun tidak kelewat batas, tentunya
dengan tetap mengindahkan syari’at Islam. Dalam hal ini, mentoring tidak lagi menjadi sebuah hal yang kaku, karena memang
konteksnya adalah lembaga, namun dengan kurikulum yang konsisten. Penulis
merasakan mentoring telah banyak
memberi banyak manfaat, khususnya pada diri penulis, bukan hanya untuk murabbi,
namun juga mutarabbi. Ide-ide baru, penyelesaian masalah bersama-sama,
kedekatan emosional, tambahan ilmu dan wawasan, dan knowledge and value transfer (transfer pengetahuan dan nilai)
adalah contoh-contohnya.
Sesungguhnya
penulis bukanlah motivator, namun karena salah satu job desc penulis adalah sebagai motivator kerja di UMMATI, maka penulis
jalankan dengan kemampuan terbaik penulis. Kesalahan penulis dalam memotivasi
pengurus adalah keterlibatan penulis dalam hal teknis. Terkadang penulis ikut
dalam pekerjaan teknis dikarenakan sistem UMMATI yang belum baik dalam
pelaksanaan acara, maka penulis berharap tahun selanjutnya standar pelaksanaan
Proker dapat dibuat. Dalam menjalankan tugas, penulis coba melakukan beberapa
hal, diantaranya pendekatan personal ke pengurus, silaturahim ke kos atau rumah
beberapa pengurus, dan mengirim SMS penyemangat ke teman-teman pengurus. Namun,
penulis ternyata belum bisa menunjukkan bentuk kepedulian terhadap perkembangan
kader akhwat. Semoga
Sekjen selanjutnya (jika masih ada dalam struktur) dapat lebih care and concern terhadap akhwat.
Perlu diingat, Sekjen adalah
orang punya perhatian lebih terhadap kerumahtanggaan organisasi. Maka Sekjen
perlu berkoordinasi intensif dengan Bendahara, Sekretaris, dan PSDM dalam
pelaksanaan job desc dan program
kerja ketiga pihak tersebut. Sekjen perlu melihat apakah sistem yang dijalankan
ketiga pihak tersebut (baik sistem kesekretariatan, sistem keuangan, dan sistem
pengelolaan SDM) sudah baik atau masih perlu perbaikan. Ketiga pihak tersebut
pun tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Koordinasi yang baik antara ketiganya
akan semakin memajukan internal organisasi yang akhirnya akan membuat UMMATI
menjadi organisasi yang dewasa dan mapan (mature
and established).
Perjalanan penuh hikmah pasti
menemui penghujungnya, begitu juga dengan kepengurusan 1431 H yang telah
berakhir, dan saatnya adik-adik UMMATI angkatan 2009 dan 2010 yang menjadi
orang-orang yang Insya Allah mampu
membawa perubahan dan kemajuan yang lebih baik untuk UMMATI. Noone irreplaceable (tiada seorangpun
yang tak tergantikan), begitulah UMMATI. Setiap tahun UMMATI selalu melahirkan
insan-insan terbaik, seperti Mas Septo yang sekarang bekerja di Pelni, Mba
Iffah dan Mba Pramitra yang melanjutkan studi di UNAIR, Mas Deny yang menjadi Entrepeneur muda, Mas Santo yang bekerja
di Pertamina, Mba Nisa yang terus menebarkan dakwah tanpa lelah, dan
alumni-alumni lain yang Insya Allah sedang menuju kesuksesan atau sudah sukses.
Begitulah ketika kita ikhlas menolong agama Allah (salah satunya melalui
UMMATI), maka tak ada yang sulit bagi Allah untuk kita. Untuk the next
Sekjen, penulis berpesan melalui sebuah perkataan seorang alim, Muhammad bin
Wasi’ : “Nasihat yang keluar dari hati
yang bersih, pasti meresap ke dalam hati. Sebaliknya tanpa kebersihan hati,
nasihat hanya sekedar retorika dan tak punya dampak apa-apa.” Pesan untuk
sahabat-sahabatku semua di UMMATI :”Jauhi
fitnah, pererat ukhuwah, berikan manfaat, tebarkan manfaat dan maslahat,
hindari syubhat, jadilah teladan, datangi pengajian, perkuat kepribadian,
berkata baiklah pada teman, jadilah mentor untuk adik-adik angkatan, dan jangan
lupakan kakak-kakak angkatanmu, Kawan!
^_^
Afwan
atas segala kesalahan kata dan laku yang pernah penulis lakukan.
Wallahu’alam bisshowab
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Dedicated To :
Allah SWT, Rasulullah SAW, keluargaku, Johar Triono,
Nimas Arif Yustiana, Dinar Pratiwi, Rosi Iswati, Sri Rahayu, Rezky Wulan
Ramadhanty, Ety Juni Astuti, Nurvita Budi Rovani, Ibnu Harsono, Selvy
Anggiasari, Joko Puji Leksono, serta sahabat-sahabat terbaik UMMATI angkatan
2008, angkatan 2009, dan angkatan 2010 yang tidak mampu saya sebutkan satu per
satu.
Yogyakarta,
20 Januari 2011
Sahabatmu,
Septian Dwi Purwanto
No comments:
Post a Comment